Selamat membaca...

Sabtu, 15 Juni 2013

Deja'vu



Sudah hampir 3 tahun ini aku mengenalmu. Kita menjalin sebuah ikatan yang dinamakan dengan pertemanan semenjak kita berada disini, di kota kecil ini. Seiring berjalannya waktu aku mulai mengenalmu. Lebih tepatnya sedikit lebih mengenalmu. Dirimu yang misterius dan penuh kejutan. Dirimu yang bisa dibilang jago ngelawak (emang pantes kalo jadi pelawak). Cara kerja otakmu yang selalu membuatku kagum. Dan juga kesederhanaanmu.
Semenjak pertaman kali ketemu kamu di tempat percetakan foto (jaman masih maba dulu) aku merasakan ada sesuatu yang berbeda dari dirimu. Kala itu kamu sok akrab denganku. Dan kamu tau, aku merasa risih dengan sikap sok akrabmu itu. Semenjak kejadian itu, aku mulai penasaran denganmu. 
Tak kusangka kita dipertemukan kembali, dalam bidang pendidikan yang sama. Kita ternyata berada dalam kelas yang sama. Semenjak itulah persahabatan kita dimulai. Semester 1, 2,3 sampai 6 sudah kita lalui bersama dengan keenam orang lainnya. Banyak hal yang telah kita lalui. Entah itu sedih, senang, bahagia, marah dan semuanya kecuali menangis (aku belum pernah mengalami ini bersamamu, haha).
Dirimu itu kadang menyebalkan. Kamu dulu sering banget ngebully aku dengan lawakanmu. Tapi kadang aku merasa senang juga looh ketika kamu ngebully aku. Gak tau juga kenapa aku bisa ngrasa senang gitu. Yang jadi pertanyaanku, kenapa dari keempat cewek itu, Cuma aku aja yang kamu bully? Pengen sih pertanyaan ini aku ajukan ke kamu, tapi aku gak cukup nyali untuk mengajukannya. Karena dirimu mungkin seperti martabak special. Hehehe
Salah satu hal yang menurutku special dari dirimu itu adalah kamu selalu terlihat santai dan tenang dalam bebagai hal. Meskipun aku dan teman-teman yang lain mengalami kegelisahan karena tugas, atau masalah yang lainnya, Cuma kamu sendiri yang terlihat tenang dan santai. Kok bisa gitu sih kamu. Gak salah jika temen-temen selalu memberikan tugas khusus untukmu, yaitu “ndongani” atau berdoa. Dikala ada presentasi dikelas, dan kita belum siap entah itu tentang materi ataupun dari pribadi masing-masing, dirimu yang selalu kami andalkan. Karena kamu diberikan kemampuan oleh Tuhan pada otakmu yang mampu berpikir logis dan kritis.
Selain itu, kamu menurutku seperti bunglon. Kenapa? Karena kamu orangnya easy going. Dimana-mana kamu bisa menyatu. Entah itu kamu berkumpul sama teman sebayamu, teman kampus, tukang becak, tetangga-tetangga kontrakkanmu, tukang bangunan, anak-anak kecil, bapak-bapak, ibu-ibu, mbah-mbah, pokoknya semuanya deh, pasti kamu bisa menyatu dengan mereka. Bahkan, pacarmu sendiri bisa cemburu sama kedekatanmu denga tetangga sebelahmu. Gak salah jika banyak orang yang menyayangi dirimu. Karena sikapmu itu.
Meskipun dari 8 manusia yang membentuk segerombolan dengan nama Sakinah kamu yang paling muda, namun menurutku kamu lebih dewasa dari pada aku. Kadang kamu bisa bijak dalam menghadapi masalah. Makanya kamu aku sebut seperti martabak special. Banyak hal yang aku bisa pelajari dan aku dapat darimu melalui kejadian-kejadian yang pernah kita alami berdua maupun dengan Sakinah.
Kamu tau gak, banyak yang bilang kita itu cocok. Cocok dalam hal apa, aku juga belum menanyakan kepada orang-orang itu. Sampai-sampai anak-anak kosan bilang kalau kita itu sedang menjalin suatu hubungan yang lebih dari sekedar teman. Apa emang kelihatan kayak gitu ya? Semenjak itu aku mulai kepikiran. Dan akhirnya aku mulai ada rasa sama kamu. Tapi aku gak pernah jujur dan gak akan bilang ketemen-temen sakinah, termasuk kamu juga.
Aku memang merasakan sepertinya ada chemistry diantara kita sejak pertemuan pertama kita di percetakan foto. Dan rasa itu semakin diperkuat dengan kejadian-kejadian yang aku alami denganmu. Karena memang hampir tiap hari kita ketemu, dan sering bekerjasama bareng. Gimana coba kalau rasa itu gak semakin kuat.
Aku sering mengalami deja’vu bersamamu, entah sudah berapa kali aku mengalami ini. Aku juga gak tau kamu ikut merasakan deja’vu ini apa tidak. Tapi menurutku kamu juga merasakannya. Yang aku ingat mengenai deja’vu bersamamu, kita sering bertatapan tanpa disengaja. Dikelas dalam pembentukan kelompok MTK, kala itu tanpa sengaja mata kita saling bertatapan, dan akupun seakan sudah tau apa maksudmu. Maksudmu yang mempertanyakan tentang kelompok. Dikelas IPS hal itupun juga terjadi, dulu itu kita sedang berdiskusi dengan Sakinah (tapi aku lupa tentang bahsannya). Ditengah-tengah diskusi itu tanganku dan tanganmu bebarengan mengambil bungkus Vitacimin yang tergeletak di kursi. Kita gak pernah janjian untuk melakukan itu. Itu terjadi secara alamiah tanpa ada rekayasa diantara kita berdua. Gimana mau janjian dulu, kitakan lagi diskusi dengan Sakinah waktu itu. Mungkin radar chemistry kita kali ya yang janjian. Tanpa kita menyuruh mereka, mereka bisa bekerja sendiri dan menimbulkan deja’vu-deja’vu itu.
Satu lagi deja’vu yang kuingat, yaitu ketika acara pameran seni akhir Mei ini. Ketika itu aku dan teman-teman sedang membereskan Stand kita yang basah kuyup diguyur air hujan. Kamu sedang duduk di Stand panitia pameran. Lagi-lagi, radar kita bekerja tanpa meminta kesepakatan dari para pemilik radar ini.  Tanpa disengaja, mata kita bertatapan kembali. Dan lagi-lagi aku mengerti maksudmu. Bagiku, sorot matamu ketika menatapku seakan selalu mengisyaratkan sebuah pesan, dan dengan jelas aku dapat menangkap pesan itu. Apa mungkin kamu juga merasakan hal ini? Akupun tak tau itu.
Kadang aku berpikir apa mungkin ini adalah petunjuk dari Tuhan tentang jodohku yang sebenarnya. Bisa iya, bisa tidak. Karena aku merasakan banyak kesamaan diantara kita. Kadang juga aku merasakan kamu tau apa yang aku mau, dan begitu sebaliknya. Hal ini aku rasakan ketika kita sedng melakukan proyek bersama. Seperti, waktu PLPG dulu. Kita pernah bekerjasama hampir 3 bulan, bekerja mulai pagi sampai laurt malam. Hasilnya bisa dibilang sukses. Disaat bikin batik juga gitu. Kamu lebih sering berdiskusi denganku dari pada dengan teman-teman yang lain. Dan yang menurutku palaing berkesan adalah ketika kelompok kita mendapatkan juara 1 dalam pameran seni. Deja’vu itu muncul lagi. Disaat pengumuman juara dan koreksi dari dewan juri tentang pameran, kita bertatapan kembali dari jarak yang cukup jauh (mungkin 5m). dan seperti biasa aku dapat menangkap pesan dari tatapanmu. Selanjutnya, ketika dewan juri mengumumkan juara, dan kelompok kita yang menang, dengan jelas aku melihat kebahagiaan didirimu ketika kamu berjalan menuju tempat kelompok kita berkumpul. Ketika itu dengan reflex aku langsung menghampirimu. Tersenyum padamu, dan langsung ber-“high five” ria merayakan kemenangan ini dengan mengangkat tangan kita dan mempertemukannya di udara. Cuma itu luapan kebahagiaan atas usaha dan kerjasama yang telah kita lakukan semalam, menurutku masih kurang. Namun, tak apa, aku sudah cukup bahagia dengan itu. Karena aku juga bisa merasakan kebahagiaan yang nampak jelas di wajahmu. Senyum kebahagiaan yang jarang bahkan tak pernah aku melihatnya darimu. 
If someone asked me what was the greatest moment of my life on May…
I’m gonna say this is the greatest moment of my life on May… hehehehe..
Sedikit cerita tentang pameran seni, sebenarnya hasil pameran seni itu bukan hanya kita berdua yang bekerja menyelesaikannya. Namun, itu adalah hasil kerja keras dari 11 orang dalam kelompok yang diberi nama Sae Sanget.  Dalam tahap finishing, memang hanya dikerjakan oleh 5 orang, aku dan dia juga termasuk kedalam 5 orang ini. Kenapa kok hanya 5 orang? Jawabannya, karena kebanyakan anggota kelompok kami adalah perempuan dan pastinya jam malam bagi perempuan yang masih kos dibatasi Cuma sampai jam 10. Kecuali aku dan salah satu anggota cewek lainnya. Kami berdua memang berniat menambah jam malam kami sampai stand kelompok kami kelar dan juga membantu ketiga lelaki tampan yang sedikit konyol ini.
 Kami berlima bekerja sampai subuh tiba untuk merampungkan stand ini. Rasa capek memang mulai menghampiri tubuh ini. Namun tak dirasa. Karena semakin malam kita bekerja ide-ide mulai terbangun dari tidur lelapnya. Para pemilik ide-ide ini juga merasakan sesuatu yang berbeda. Tiba-tiba rasa kantuk berpamitan untuk pergi ditengah malam pekat yang bertabur bintang. Seakan dia tau diri akan posisinya. Merelakan posisi yang seharusnya dia tempati sekarang dengan si tekad. Tekad yang menggebu dari pemiliknya untuk segera merampungkan stand ini dengan kemampuan yang masih tersisa.
Kala itu si capek menginginkan posisi si tekad, dia ingin bertukar tempat rupanya. Akhirnya si capek datang juga. Kita merasakan capek bukan karena pekerjaan. Namun gara-gara ketawa. Salah satu dari kita berlima mulai menunjukkan kekonyolannya dan akirnya kami berlima ikut terjun juga dalam kekonyolan itu. Kolaborasi kekonyolan itu menimbulkan sebuah semangat. Semangat untuk memberikan yang terbaik. Waktu kala itu menunjukkan pukul 03.30, akhirnya kita berhasil merampungkan stand ini. Good job guys :D
Tak kusangka, ternyata cerita tentang pameran jadi sebanyak ini. Padahalkan tadi aku niatnya Cuma sekilas aja berceritanya.. hehehe,, maaf yee pemirsa, kebablasan,, :D
Cukup sekian dulu yaaa, cerita tentang kamu. Maaf gak bisa sebut merk. Tapi bagi pemirsa yang mungkin dekat denganku pasti langsung tau siapa tuh orang. Hehe
Hmmmm,,, Byeee……… ^_^