Sudah
hampir 3 tahun ini aku mengenalmu. Kita menjalin sebuah ikatan yang dinamakan
dengan pertemanan semenjak kita berada disini, di kota kecil ini. Seiring
berjalannya waktu aku mulai mengenalmu. Lebih tepatnya sedikit lebih
mengenalmu. Dirimu yang misterius dan penuh kejutan. Dirimu yang bisa dibilang
jago ngelawak (emang pantes kalo jadi pelawak). Cara kerja otakmu yang selalu
membuatku kagum. Dan juga kesederhanaanmu.
Semenjak
pertaman kali ketemu kamu di tempat percetakan foto (jaman masih maba dulu) aku
merasakan ada sesuatu yang berbeda dari dirimu. Kala itu kamu sok akrab
denganku. Dan kamu tau, aku merasa risih dengan sikap sok akrabmu itu. Semenjak
kejadian itu, aku mulai penasaran denganmu.
Tak kusangka
kita dipertemukan kembali, dalam bidang
pendidikan yang sama. Kita ternyata berada dalam kelas yang sama. Semenjak
itulah persahabatan kita dimulai. Semester 1, 2,3 sampai 6 sudah kita lalui
bersama dengan keenam orang lainnya. Banyak hal yang telah kita lalui. Entah
itu sedih, senang, bahagia, marah dan semuanya kecuali menangis (aku belum
pernah mengalami ini bersamamu, haha).
Dirimu itu
kadang menyebalkan. Kamu dulu sering banget ngebully aku dengan lawakanmu. Tapi
kadang aku merasa senang juga looh ketika kamu ngebully aku. Gak tau juga kenapa
aku bisa ngrasa senang gitu. Yang jadi pertanyaanku, kenapa dari keempat cewek itu,
Cuma aku aja yang kamu bully? Pengen sih pertanyaan ini aku ajukan ke kamu,
tapi aku gak cukup nyali untuk mengajukannya. Karena dirimu mungkin seperti
martabak special. Hehehe
Salah satu
hal yang menurutku special dari dirimu itu adalah kamu selalu terlihat santai
dan tenang dalam bebagai hal. Meskipun aku dan teman-teman yang lain mengalami
kegelisahan karena tugas, atau masalah yang lainnya, Cuma kamu sendiri yang terlihat
tenang dan santai. Kok bisa gitu sih kamu. Gak salah jika temen-temen selalu
memberikan tugas khusus untukmu, yaitu “ndongani” atau berdoa. Dikala ada
presentasi dikelas, dan kita belum siap entah itu tentang materi ataupun dari
pribadi masing-masing, dirimu yang selalu kami andalkan. Karena kamu diberikan
kemampuan oleh Tuhan pada otakmu yang mampu berpikir logis dan kritis.
Selain itu,
kamu menurutku seperti bunglon. Kenapa? Karena kamu orangnya easy going.
Dimana-mana kamu bisa menyatu. Entah itu kamu berkumpul sama teman sebayamu,
teman kampus, tukang becak, tetangga-tetangga kontrakkanmu, tukang bangunan,
anak-anak kecil, bapak-bapak, ibu-ibu, mbah-mbah, pokoknya semuanya deh, pasti
kamu bisa menyatu dengan mereka. Bahkan, pacarmu sendiri bisa cemburu sama
kedekatanmu denga tetangga sebelahmu. Gak salah jika banyak orang yang
menyayangi dirimu. Karena sikapmu itu.
Meskipun
dari 8 manusia yang membentuk segerombolan dengan nama Sakinah kamu yang paling
muda, namun menurutku kamu lebih dewasa dari pada aku. Kadang kamu bisa bijak
dalam menghadapi masalah. Makanya kamu aku sebut seperti martabak special.
Banyak hal yang aku bisa pelajari dan aku dapat darimu melalui
kejadian-kejadian yang pernah kita alami berdua maupun dengan Sakinah.
Kamu tau gak,
banyak yang bilang kita itu cocok. Cocok dalam hal apa, aku juga belum
menanyakan kepada orang-orang itu. Sampai-sampai anak-anak kosan bilang kalau
kita itu sedang menjalin suatu hubungan yang lebih dari sekedar teman. Apa
emang kelihatan kayak gitu ya? Semenjak itu aku mulai kepikiran. Dan akhirnya
aku mulai ada rasa sama kamu. Tapi aku gak pernah jujur dan gak akan bilang ketemen-temen
sakinah, termasuk kamu juga.
Aku memang
merasakan sepertinya ada chemistry
diantara kita sejak pertemuan pertama kita di percetakan foto. Dan rasa itu
semakin diperkuat dengan kejadian-kejadian yang aku alami denganmu. Karena
memang hampir tiap hari kita ketemu, dan sering bekerjasama bareng. Gimana coba
kalau rasa itu gak semakin kuat.
Aku sering
mengalami deja’vu bersamamu, entah
sudah berapa kali aku mengalami ini. Aku juga gak tau kamu ikut merasakan deja’vu ini apa tidak. Tapi menurutku
kamu juga merasakannya. Yang aku ingat mengenai deja’vu bersamamu, kita sering bertatapan tanpa disengaja. Dikelas
dalam pembentukan kelompok MTK, kala itu tanpa sengaja mata kita saling
bertatapan, dan akupun seakan sudah tau apa maksudmu. Maksudmu yang
mempertanyakan tentang kelompok. Dikelas IPS hal itupun juga terjadi, dulu itu
kita sedang berdiskusi dengan Sakinah (tapi aku lupa tentang bahsannya).
Ditengah-tengah diskusi itu tanganku dan tanganmu bebarengan mengambil bungkus
Vitacimin yang tergeletak di kursi. Kita gak pernah janjian untuk melakukan
itu. Itu terjadi secara alamiah tanpa ada rekayasa diantara kita berdua. Gimana
mau janjian dulu, kitakan lagi diskusi dengan Sakinah waktu itu. Mungkin radar chemistry kita kali ya yang janjian.
Tanpa kita menyuruh mereka, mereka bisa bekerja sendiri dan menimbulkan deja’vu-deja’vu itu.
Satu lagi deja’vu yang kuingat, yaitu ketika acara
pameran seni akhir Mei ini. Ketika itu aku dan teman-teman sedang membereskan
Stand kita yang basah kuyup diguyur air hujan. Kamu sedang duduk di Stand
panitia pameran. Lagi-lagi, radar kita bekerja tanpa meminta kesepakatan dari
para pemilik radar ini. Tanpa disengaja, mata kita bertatapan
kembali. Dan lagi-lagi aku mengerti maksudmu. Bagiku, sorot matamu ketika
menatapku seakan selalu mengisyaratkan sebuah pesan, dan dengan jelas aku dapat
menangkap pesan itu. Apa mungkin kamu juga merasakan hal ini? Akupun tak tau
itu.
Kadang aku
berpikir apa mungkin ini adalah petunjuk dari Tuhan tentang jodohku yang
sebenarnya. Bisa iya, bisa tidak. Karena aku merasakan banyak kesamaan diantara
kita. Kadang juga aku merasakan kamu tau apa yang aku mau, dan begitu
sebaliknya. Hal ini aku rasakan ketika kita sedng melakukan proyek bersama.
Seperti, waktu PLPG dulu. Kita pernah bekerjasama hampir 3 bulan, bekerja mulai
pagi sampai laurt malam. Hasilnya bisa dibilang sukses. Disaat bikin batik juga
gitu. Kamu lebih sering berdiskusi denganku dari pada dengan teman-teman yang
lain. Dan yang menurutku palaing berkesan adalah ketika kelompok kita
mendapatkan juara 1 dalam pameran seni. Deja’vu
itu muncul lagi. Disaat pengumuman juara dan koreksi dari dewan juri
tentang pameran, kita bertatapan kembali dari jarak yang cukup jauh (mungkin
5m). dan seperti biasa aku dapat menangkap pesan dari tatapanmu. Selanjutnya,
ketika dewan juri mengumumkan juara, dan kelompok kita yang menang, dengan
jelas aku melihat kebahagiaan didirimu ketika kamu berjalan menuju tempat
kelompok kita berkumpul. Ketika itu dengan reflex aku langsung menghampirimu.
Tersenyum padamu, dan langsung ber-“high five” ria merayakan kemenangan ini
dengan mengangkat tangan kita dan mempertemukannya di udara. Cuma itu luapan
kebahagiaan atas usaha dan kerjasama yang telah kita lakukan semalam, menurutku
masih kurang. Namun, tak apa, aku sudah cukup bahagia dengan itu. Karena aku juga
bisa merasakan kebahagiaan yang nampak jelas di wajahmu. Senyum kebahagiaan
yang jarang bahkan tak pernah aku melihatnya darimu.
If someone asked me what was the greatest moment of my life
on May…
I’m gonna say this is the greatest moment of my life on May…
hehehehe..
Sedikit
cerita tentang pameran seni, sebenarnya hasil pameran seni itu bukan hanya kita
berdua yang bekerja menyelesaikannya. Namun, itu adalah hasil kerja keras dari
11 orang dalam kelompok yang diberi nama Sae Sanget. Dalam tahap finishing, memang hanya
dikerjakan oleh 5 orang, aku dan dia juga termasuk kedalam 5 orang ini. Kenapa
kok hanya 5 orang? Jawabannya, karena kebanyakan anggota kelompok kami adalah
perempuan dan pastinya jam malam bagi perempuan yang masih kos dibatasi Cuma sampai
jam 10. Kecuali aku dan salah satu anggota cewek lainnya. Kami berdua memang
berniat menambah jam malam kami sampai stand kelompok kami kelar dan juga
membantu ketiga lelaki tampan yang sedikit konyol ini.
Kami berlima bekerja sampai subuh tiba untuk
merampungkan stand ini. Rasa capek memang mulai menghampiri tubuh ini. Namun
tak dirasa. Karena semakin malam kita bekerja ide-ide mulai terbangun dari
tidur lelapnya. Para pemilik ide-ide ini juga merasakan sesuatu yang berbeda.
Tiba-tiba rasa kantuk berpamitan untuk pergi ditengah malam pekat yang bertabur
bintang. Seakan dia tau diri akan posisinya. Merelakan posisi yang seharusnya
dia tempati sekarang dengan si tekad. Tekad yang menggebu dari pemiliknya untuk
segera merampungkan stand ini dengan kemampuan yang masih tersisa.
Kala itu si
capek menginginkan posisi si tekad, dia ingin bertukar tempat rupanya. Akhirnya
si capek datang juga. Kita merasakan capek bukan karena pekerjaan. Namun
gara-gara ketawa. Salah satu dari kita berlima mulai menunjukkan kekonyolannya
dan akirnya kami berlima ikut terjun juga dalam kekonyolan itu. Kolaborasi
kekonyolan itu menimbulkan sebuah semangat. Semangat untuk memberikan yang
terbaik. Waktu kala itu menunjukkan pukul 03.30, akhirnya kita berhasil
merampungkan stand ini. Good job guys :D
Tak
kusangka, ternyata cerita tentang pameran jadi sebanyak ini. Padahalkan tadi
aku niatnya Cuma sekilas aja berceritanya.. hehehe,, maaf yee pemirsa,
kebablasan,, :D
Cukup
sekian dulu yaaa, cerita tentang kamu. Maaf gak bisa sebut merk. Tapi bagi
pemirsa yang mungkin dekat denganku pasti langsung tau siapa tuh orang. Hehe
Hmmmm,,,
Byeee……… ^_^